TEXT
Ego is the enemy
Buku yang Anda pegang saat ini ditulis dengan satu asumsi optimis: Ego Anda bukanlah kekuatan yang harus Anda puaskan pada setiap kesempatan. Ego dapat diatur. Ego dapat diarahkan. Dalam buku ini, kita akan melihat orang-orang, seperti William Tecumseh Sherman, Katharine Graham, Jackie Robinson, Eleanor Roosevelt, Bill Walsh, Benjamin Franklin, Belisarius, Angela Merkel, dan George C. Marshall.
Bisakah mereka mendapatkan yang telah mereka dapatkan sekarang—menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut, menguasai seni peperangan, menjaga kekompakan tim bisbol, merevolusi strategi rugbi, melawan tirani, dan menghadapi ketidakberuntungan—jika ego menguasai mereka dan membuat mereka hanya memikirkan diri sendiri? Hal yang membuat mereka sukses adalah pemahaman terhadap realitas dan kesadaran—sesuatu yang pernah dikatakan oleh seorang penulis dan ahli strategi Robert Greene, “kita perlu menyerupai laba-laba dalam sarangnya”. Itulah inti dari kehebatan mereka, kehebatan penulisan, kehebatan desain, kehebatan bisnis, kehebatan dalam pemasaran, dan kehebatan kepemimpinan mereka. Yang kami temukan saat mempelajari orang-orang tersebut adalah mereka selalu memiliki dasar berpikir, berhati-hati, dan realistis. Tidak ada satu pun dari mereka yang tidak memiliki ego sama sekali. Akan tetapi, mereka tahu cara meredamnya. Tahu cara menyalurkannya dan melepaskannya, ketika ego muncul. Mereka hebat namun tetap rendah hati. Sebentar, tunggu dulu, tetapi ada juga beberapa orang yang memiliki ego tinggi dan sukses.
Bagaimana dengan Steve Jobs? Kanye West? Beberapa dari mereka mempelajari kerendahan hati. Beberapa orang memilih ego. Beberapa mempersiapkan diri untuk perubahan nasib, positif ataupun negatif. Yang lainnya tidak siap. Yang mana yang akan Anda pilih? Akan menjadi siapakah Anda? Yang pasti, Anda telah memilih buku ini karena merasa bahwa Anda membutuhkan menjawab pertanyaan itu, cepat atau lambat, sadar atau tidak sadar.
Tidak tersedia versi lain