TEXT
Film & komunikasi massa
Dalam film, selain sinematografi yang bersifat teknis, aspek lain yang tidak kalah menarik adalah pesan yang disampaikan. Film merupakan gejala komunikasi massa. Sebagai media komunikasi massa, film memiliki tujuan penting yakni menyampaikan sesuatu. Karena itu, mempelajari film tidak cukup hanya dengan melihat artistik sinematografinya. Segi sosial, moral, dan gender dari sebuah film-sebagaimana dimuat dalam buku ini-pun perlu diamati.
Buku ini menunjukkan bahwa film bukan sekadar infotainment belaka. Film juga memiliki kekuatan penggerak massa, karena menyentuh aspek kesadaran publik. Buku ini mendedah perjalanan film/sinematografi berdialektika dengan zamannya: ia dipukul, tergerus, dan bangkit lagi. Dengan berbasis analisis teoritis dan contoh-contoh, buku ini tidak hanya patut dibaca oleh akademisi, penikmat film, dan komunitas yang bergerak di dunia sinematografis. Khalayak publik yang ingin mengetahui sejarah dunia perfilman Indonesia pun patut membaca buku ini.
Buku ini merupakan bahan dasar dalam bagian materi Pengantar Ilmu Komunikasi yang diajarkan pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi. Para pembaca diharapkan "Mampu Memahami dan Menjelaskan Gejala Komunikasi Massa. Baik sebagai Praktik Maupun Konseptual dan Teoritis".
Film merupakan gejala komunikasi massa yang hingga kini terus berlangsung dan digunakan orang untuk menyampaikan pesan serta memengaruhi khalayak dengan tujuan yang spesifik. Meskipun praktik komunikasi sudah mengarah ke digital dan siber-ditandai dengan koneksitas antara perangkat komunikasi dengan internetsebagai isi komunikasi (content), film tidak tersisihkan dari proses komunikasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang berhasil diciptakan manusia justru menyebabkan media film turut mewarnai kompleksitas dalam komunikasi. Jenis media yang berkembang tidak mengalami disparitas, satu dengan lainnya saling meniadakan, tetapi sebaliknya justru saling melengkapi.
Dalam studi ilmu komunikasi, gejala saling melengkapi tersebut sering disebut sebagai “konvergensi". Film yang semula ditujukan sebagai industri dan hanya menjangkau khalayak di bioskop, diputar ulang di stasiun televisi, sehingga menjangkau khalayak penonton yang lebih luas. Komodifikasi film pada akhirnya melahirkan substitusi sumber kapital, yang semula kapital diperoleh dari tiket yang dibeli penonton, kemudian oleh televisi dipasarkan melalui sponsor program acara tersebut, atau sering disebut “iklan”. Konvergensi film dengan media lainnya juga terjadi di media online. Film yang sudah lama tidak diputar diunggah di kanal You Tube kemudian dapat diakses kembali oleh pengguna internet, kapan pun diinginkan atau dibutuhkan. Melalui gejalanya yang sangat luas tersebutlah, maka menjadi penting untuk dipelajari lebih mendalam dan detail.
Buku ini memiliki posisi tersendiri dalam pembelajaran mahasiswa, terkhusus bagi mahasiswa yang mengambil studi mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi. Mata kuliah ini merupakan materi dasar yang menjadi landasan untuk memahami cabang ilmu lain, baik yang bersifat analisis maupun praktik.
Tidak tersedia versi lain